KERAGAMAN MATERI TARI DALAM SENI JARANAN
Secara garis besar keragaman dalam tari jaranan dapat dipiliah sebagai berikut, antara lain :
Ø Ragam gerak tari jaranan ;
Ragam gerak tari jaranan merupakan serangkaian ragam gerak tari yang menggunakan property jaran (kepang) sesuai dengan bentuk/jenis seni jranan yang ditarikan (pegon/jawa, breng, senterewe dan lainnya).
Dalam keragaman tari tersebut tentu melekat kesan tari (kekuatan tari atau kualitas tari, pola ritmis, rasa joged). Kesan tari tersebut memang perlu dipertajam dengan kemampuan penari melalui kemampuan gerak - kemampuan musical maupun penghayatan. Penekanan tari jaranan setidaknya membawa imajinasi seseorang yang menghidupkan gerak gerik kuda. Karena perwujudannya dengan menggunakan propserty kuda, maka dalam tarian tersebut perlu memperhatikan cara-cara menghidupkan property tersebut, jadi tidak hanya sekedar dibawa (dipegang) untuk melakukan gerak tari.
Ø Ragam gerak tari jepaplokan ;
Pada umumnya ragam gerak tari jepaplokan masih sebatas dilakukan secara improfisasi, setiap penari sebenarnya mempunyai peluang untuk menginterpretasikan motif-motif gerak yang sesuai dengan kesan ular (jepaplokan) tidak harus menggeliat-geliat, karena sudah menggunakan property kepala ular, maka bagaimana menghidupkan kepala ular tersebut melalui gerak-gerak imajinatif yang terpola dalam bentuk ragam gerak tari jepaplokan, perlu dipola secara khusus oleh para pelatih (peñata tari),
Beberapa motif gerak yang ada pada seni jaranan juga ada yang masih bisa dimanfaatkan untuk jepaplokan, terutama pada solah kaki, termasuk dalam pengembangann ini adalah mengembangkan pola perang (rampokan) antara jaranan dengan jepaplokan.
Ø Ragam gerak tari celengan ;
Pada umumnya ragam gerak tari celeng masih sebatas dilakukan secara improfisasi, meskipun ada upaya mengembangkan solah celeng dengan kesan wirengan tanpa menggunakan property celeng.
Ada alternative yang bias dilakukan oleh para penari ataupun para creator (peñata tari) bahwa pengembangan solah celeng dengan menggunakan property maupun tidak menggunakan property celeng perlu memperhatikan kesan tentang celeng. Pada saat penari menggunakan property celeng maka yang diperlukan adalah bagaimana menghidupkan property celeng tersebut, sedangkan pada saat tidak menggunakan property, maka yang diperlukan adalah bagaimana seseorang menari menirukan gerak-gerik celeng, imajinasi tentang celeng seyogyanya melekat pada motif gerak tari yang dipola.
Pada saat menarikan celeng dengan menggunakan celeng, make penari tak perlu seperti celeng yang menggunakan taring, tetapi cukup rias tajam untuk membantu karakter celeng.
Demikian pula pengembangan pola perang (rampogan) antara celeng dengan jaran masih sangat diperlukan pola-pola yang lebih efektif.
Ø Ragam gerak tari macanan/kucingan ;
Hadirnya tari macanan ada pula yang menyebutnya kucingan, dengan menggunakan property kepala ular seperti jepaplokan tetapi digigit, sehingga kedua tangan bisa dengan bebas melakukan gerak tari merupakan sebuah alternative memperkaya penyajian. Yang perlu mendapat perhatian dalam penampilan tari mcanan/kucingan tersebut adalah perlunya mengembangkan pola maupun motif ragam gerak tari macanan/kucingan melalui pendekatan imajintif (membayangkan) sesuai dengan karakter macanan/kucingan yang dimaksudkan.
Dalam berimajinasi (membayangkan) tesebut kita perlu pendekatan obyektif tentang sesuatu yang kita bayangkan, misalnya tentang bentuk ataupun prilaku obyek yang kita bayangkan (bentuk dan prilaku macanan/kucingan)
Untuk membantu pencarian ragam gerak tari macanan/kucingan ini kita juga bisa memanfaatkan motif jurus harimau atau jurus kucing yang ada pada seni pencak silat. Tentu saja perlu mengubah pola ritmis maupun tempo gerak sesuai dengan musical tari jaranan.
Ø Ragam gerak ular naga ;
Hadirnya tarian ular naga (barongan ?/mungkin ada sebutan lain ?) merupakan kekayaan kretif dari para creator seni jaranan, meskipun hadirnya ular naga tersebut masih belum tergarap secara maksimal, masih berkesan melengkapi. Property kepala naga yang digigit sebenarnya memberikan peluang yang lebih leluasa untuk mengembangkan keragaman gerak tari sebagai symbol tarian naga, untuk itu diperlukan interpretasi imajinatif agar kita mendapatkan motif gerak tari yang simbolik.
Yang dimaksud interpretasi imajinatif adalah upaya memperkirakan secara imajinasi (membayangkan) bagaimana gerakan ular naga. Untuk pencarian ragam gerak ini kita bisa juga memanfaatkan motif jurus naga atau jurus ular yang biasa digunakan dalam seni pencak silat, tetapi pola ritmis dan pola temponya disesuaikan dengan ritmis dan tempo musical jaranan.